BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah
spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorbsian energi cahaya
oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungs dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran pengabsorbsian yang menyendiri pada suatu panjang
gelombang tertentu.
Spektrofotometri
dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari pemilikan visual di mana
studi yang lebih rinci mengenai pengabsorbsian energi cahaya oleh spesies kimia
memungkinkan kecermatan yang lebih besar daalam pencirian dan pengukuran
kuantitatif.
Spektrofotometri
sesuai dengan namanya dalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan
fotometer. Spektrofotmeter yang menghasilkan sinar spektrum dengan panjang
gelombang yaitu dan fotometer adalah
alat pengukuran intenstas cahaya ditransmisikan atau yang diabsorbsi.
Untuk
memahami spektrofotometri, memperhatikan interaksi radiasi dengan spesies kimia
dengan cara yang elementer dan secara umum mengurus apa kerja instrumen –
instrumen. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan di sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
B.
Maksud dan Tujuan
Percobaan
1.
Maksud
Percobaan
Mengetahui
dan memahami penetapan kadar secara multikomponen campuran senyawa dalam
sediaan farmasi menggunakan analisis instrumen.
2.
Tujuan
Percobaan
Menentukan
kadar secara multikomoponen campuran PCT dan kafein dalam sediaan tablet
panadol extra menggunakan spektrofotometri UV – VIS.
C.
Prinsip Percobaan
Penentuan
kadar secara multikomponen PCT dan kafein dalam sediaan tablet panadol extra
menggunakan spektrofotometer UV – VIS dengan metode linear, y = ax + b pada
deret konsentrasi 1, 2, 5, 10 dan 20 ppm pada panjang gelombang maksimal (λ1)
dan λmaks menentukan nilai
absorbansi dari senyawa PCT dan kafein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Umum
Spektrofotometri
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan
fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang
gelombang dan fotometri adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometri digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990: 325).
Kelebihan
spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dan sinar
putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
glatung, ataupun celah optis. Pada spektrofotometri panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahay
seperti prisma suatu spektrofotometer tersususn dari sumber spektrum tampak
yang kontinu. Monokromator sel pengabsorbsian untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990: 225 – 226).
Spektrofotometri
ultravoilet dan cahaya tampak berguna pada penentuan struktur molekul organik
dan pada analisa kuantitatif. Spektrum elektron suatu molekul adalah hasil
transmisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul tersebut (Creswell, 2005:
26).
Spektroskopi
UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang menggunakan
sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak
dengan mengunakan instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar
tampak untuk ultraviolet dengan suatu molekul yang daat menyebabkan eksitasi
molekul dan tingkat dasar ke tingkat
energi yang paling tinggi (Sumar, 1994: 135).
Panjang
gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek daripada panjang
gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk menentukan panjang
gelombang ini adalah monokromator (1 nm
= 10 -7 cm). Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm
(merah) sedangkan spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002: 788).
Radiasi
ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi dripada radiai
inframerah absorbsi cahaya UV atau visibel mengakibatkan
transmisi elektromagnetik yaitu promosi
elektron-elektron dan orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
terdesitasi berenergi lebih tinggi transisi ini memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap
selanjutnya terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya
isomerisasi atau reaksi – reaksi radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189).
Panjang
gelombang cahaya UV dan VIS bergantung
pada mudahnya promo elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih
banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya
yang menyerap cahaya pada daerah tampak
(yakni mudah dipromosikan dan
pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day and
Underwood, 2002: 180).
Semua
molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS karena mereka mengandung
elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana absorbsi itu terjadi
bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat dalam molekul itu. Elektron
dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn kuat dan diperlukan iodisasi
yang lebih tinggi atau panjang gelombang
pendek untuk sksitasinya (Day and Underwood, 2002: 388).
Spektrum
elektronik senyawa dalam fase uap kadang kadang menunjukkan struktur harus di
mana sumbangan vibrasi individu teramati. Namun dalam fase-fase merapat tingkat
energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga dekatnya, sehingga
sering sekali hanya tampak pita lebar (Day dan Underwood, 2002: 389).
Ada
beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-VIS
terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan
senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah menjadi
senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012: 252).
Spektrofotometri
yang sesuai denga pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak
terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sianr monokromtis
dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen-komponen meliputi
sumber-sumber sinar, monokromator dan sistem optik (Ibnu Ghalib, 2012: 261).
Parasetamol
merupakan metabolit henasen dengan efek antipiuretik yang ditimbulkan oleh
gugus aminobenzena dengan efek anlagetik parasetamol menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi sangat lemah.
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui sluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½
jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma 25 %. Parasetamol
terikat plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom di hati (Sulistia,
2007: 237 – 238).
Kafein
dengan daya vasokonstriksi sering kali ditambahkan pada parasetamol dan
asetosal untuk memperkuat daya kerjanya ( Tjay, 2007: 812).
B.
Uraian Bahan
1.
Aquadest
(Dirjen POM, 1979: 96)
Nama
Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama
Lain : Aquadest, Air suling, air mineral
Rumus
Molekul : H2O
Rumus Struktur : O
H
H
Berat
Molekul : 18,00
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut
2.
Natrium
Hidroksida (Dirjen POM, 1979: 412)
Nama
Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama
Lain : Natrium Hidroksida
Rumus
Molekul : NaOH
Rumus
Struktur : Na – OH
Berat
Molekul : 40
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur, atau
keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur , putih, mudah meleleh,
basah, sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%) P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai blanko
3.
Parasetamol
(Dirjen POM, 1979: 37)
Nama
Resmi :
ACETAMINOPHENUM
Nama
Lain :
Asetaminofen, para amino fenol, PCT
Pemerian : hablur,
putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam
70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam
40 bagian gliserol P.
Rumus
Molekul : C8H9NO2
Rumus Struktur :
Berat
Molekul : 15,16
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : sebagai sampel
4.
Kafein
(Dirjen POM.1979 ; 175)
Nama
Resmi : CAFFEINUM
Nama
Lain : Kafein, kafeina.
Rumus
Molekul : C8H10N4O2
Berat
Molekul : 194,19
Rumus Struktur :
Pemerian : serbuk atau hablur berbentuk jarum, mengkilat,
menggumpal, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol 95 %, larut dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel
5.
Panadol
(www.dechacare.com)
Indikasi : meringankan sakit kepala
kontraindikasi : penderita dengan gangguan fungsi hati yang
berat.
Komposisi : tiap tablet mengandung:
-
Parasetamol 400 mg
-
Kafeien 65 mg
C.
Prosedur
Kerja (Tim Penyusun, 2014: 4-6)
1.
Pembuatan
Larutan Stok Parasetamol dan Kafein
Ditimbang
seksama secara terpisah 100,0 mg parasetamol dan 50,0 mg kafein kemudian
dikeringkan dalam oven bersuhu 105 °C selama 1 jam kemudian masing – masing
dilarutkan dalam labu takar 500.0 ml, denagn NaOH 0,1 N. Diperoleh larutan stok
dengan konsentrasi parasetamol 200 ppm dan kafein 100 ppm.
2.
Penentuan
Panjang Gelombang Maksimum
Dibuat
masing-masing larutan standar 10 ppm dan dimasukkan ke dalam kuvet dan sebagai
blanko adalah larutan NaOH O,1 N. Selanjutnya, masing-masing standar kafein dan
parasetamol dirunning pada range panjang gelombang 200–350 nm dengan interval
10 nm dan sekitar absorbansinya optimum dengan interval 5 nm dan di daerah
panjang gelombang maksimum dengan interval 2 nm. Berdasarkan data absorbansinya
vs panjang gelombang diperoleh panjang gelombang maksimum.
3.
Penentuan
Absortifitas Jenis (a) dari Larutan Standar
Disiapkan
lima deret konsentrasi dari parasetamol dan kafein (1,2,3,4,5 ppm) dari larutan
standar stok, kemudian dicatat absorbansi panjang gelombang maksimum 1 dan 2.
4.
Penentuan
Kadar Parasetamol dan Kafein
Ditimbang
seksama 10 buah tablet yang mengandung parasetamol dan kafein, dan dihitung merata tiap tablet diserbukkan
dan ditimbang bagi lebih kurang 150 mg serbuk tablet yang telah dikeringkan
pada 105 °C selama 1 jam serbuk tadi dilaarutkan dengan NaOH 0,1 N dalam labu
takar 500 ml sampai tanda batas. Larutan tersebut lalu dipipet sebanyak 5 ml
dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N dalam labu takar 100 ml sampai tanda batas.
Selanjutnya diabsorbansinya pada λ maks1
dan λ maks2, relatif terhadap
blanko.
5.
Perhitungan
Kadar Parasetamol dan Kafein dalam Tablet Multikomponen
Ditentukan
persen kadar masing – masing komponen dalam sediaan tablet tersebut
(parasetamol dan kafein) dengan menggunakan persamaan peetapan kadar obat
multikomponen. Absorbansi sampel (triplo) dimasukkan ke dalam persamaan
tersebut di atas dan ditentukan konsntrasi yang diperoleh dengan menghitungkan
pengenceran sampel kemudian diperkurangkan hingga diperoleh Cx dan Cy.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alu, batang pengaduk, cawan
porselin, erlenmayer, gelas kimia, gelas piala, labu takar, lap halus, lap
kasar, lumpang, kuvet, neraca analaitik, pengorek, pipet tetes, sendok tanduk, spektrofotometri
UV–VIS
2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan adalah aquadest, baku kafein, baku parasetamol, bodrex,
larutan NaOH O,1 N, kertas perkamen, panadol.
B.
Cara
Kerja
1. Pembuatan
Larutan Stok Parasetamol dan Kafein
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, ditimbang masing-masing 100 mg parasetamol
dan 50 mg kafein dan dilarutkan dalam 500 ml NaOH 0.1 N
2. Penentuan
Panjang Gelombang Maksimum
Dibuat masing-masing parasetamol dan
kafein 10 ppm, Dirunning pada panjang gelombang 200-400 nm dan ditentukan
panjang gelombang maksimumnya.
3. Penentuan
Absortifitas Jenis (a) dari Larutan Standar
Dibuat masing-masing kafein dan
parasetamol 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm dan kafein 20 ppm, 30 ppm,
40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm kemudian dicatat nilai absorbansi pada λ1
dan λ2
4. Penentuan
Kadar Parasetamol dan Kafein
Ditimbang 150 mg sampel, dilarutkan
dalam 500 ml NaOH 0.1 N dan diukur absorbansi pada λ maks 1 dan λ maks 2.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Tabel Pengamatan
1. Parasetamol
Konsentrasi Larutan Standar ( C )
|
A pada λ maks 1
|
A
pada λ maks 2
|
5
ppm
|
0,149
|
0,148
|
10
ppm
|
0,347
|
0,339
|
15
ppm
|
0,442
|
0,428
|
20
ppm
|
0,600
|
0,567
|
25
ppm
|
0,724
|
0,677
|
Rata
– rata = A/C
|
Ax1 = 0,4524
|
Ax2 = 0,4318
|
2. Kafein
Konsentrasi Larutan Standar ( C )
|
A pada λ maks 1
|
A
pada λ maks 2
|
5
ppm
|
0,216
|
0,263
|
10
ppm
|
0,429
|
0,462
|
15
ppm
|
0,482
|
0,573
|
20
ppm
|
0,655
|
0,641
|
25
ppm
|
0,795
|
0,773
|
Rata
– rata = A/C
|
Ay1 = 0,5154
|
Ay2 = 0,5424
|
3. Sampel
PANADOL
|
Absorbansi
|
||
I
|
II
|
III
|
|
λ maks 1
|
0,085
|
0,108
|
0,85
|
Λ
maks 2
|
0,093
|
0,115
|
0,091
|
B.
Perhitungan
1.
Parasetamol
A/C
= a
-untuk λ maks 1
a1 =
a2 =
a3 =
a4 =
a5 =
sehingga :
ax1=
=
=
-untuk λ maks 2
a1 =
a2 =
a3 =
a4 =
a5 =
sehingga :
ax2=
=
=
2.
Kafein
-untuk λ maks 1
a1 =
a2 =
a3 =
a4 =
a5 =
sehingga :
ay1=
=
=
-untuk λ maks 2
a1 =
a2 =
a3 =
a4 =
a5 =
sehingga :
ay2=
=
=
Kemudian
dimasukkan ke persamaan :
A1 = ax1bCx + ay1bCy
A2
= ax2bCx + ay2bCy
Dimana
A1= 0.092 A2
=0.099
0.092 = 0.0306 b. Cx + 0.127 b. Cy x 0.029492
0,099 = 0.029492 b. Cx +
0.011338 b. Cy x 0.0306
0.0027 = 0.000902 Cx +
0.000374 Cy
0.0030 = 0.000902 Cx +
0.000346 Cy
-0.0003=
0.000902 Cy
Cy = (-10.71428)
Untuk memperoleh Cx,
maka disubstitusikan nilai Cy ke persamaan:
A1 = ax1 b. Cx + ay1
b. Cy
0.092 =
0.0306 b Cx + 0.0127
b. (-10.71428)
0.092 =
0.306 Cx + (-10.13607)
0.0306 Cx = 0.092 +
0.13607
Cx=
Cx= 7.45326
BAB V
PEMBAHASAN
Spektrofotometri UV-VIS adalah suatu
metode analisi dengan mengguankan campuran spektrofotometri UV dan Visibel.
Penggunaan absorbansi atau transmitasisi dalam spektro UV dan daerah tampak
dalam analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia. Absorbansi jenis ini
berlangsung dalam dua tahap yaitu tyang pertama yaitu eksitasi spesies akibat
absorbansi foton dengan waktu terbatas. Tahap berikutnya adalah relakasasi
dengan relaksasi berhubungan M+ menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia (
Khopkar, 1990: 201).
Dalam percobaan ini digunakan alat yaitu
alu, batang pengaduk, erlenmayer, gelas kimia, gelas ukur, kuvet, neraca analitik,
pipet tetes, spektrofotometri UV-VIS. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
aquadest, kafein, NaOH, parasetamol, panadol dan bodrex.
Alasan penggunaan bahan, yaitu aquadest
digunakan sebagai pembersih kuvet dan dalam pembuatan NaOH. NaOH digunakan
sebagai blanko, di mana blanko digunakan untuk mengetahui besarnya serapan oleh
zat yang bukan analit. Kertas saring digunakan untuk menyaring sampel saat dilakukan pengenceran.
Tablet panadol digunakan karena tablet ini mengandung bahan campuran dari parasetamol
dan kafein. Adapun alasan parasetamol dan kafein dapat dianalisis dengan
spektro UV–VIS ialah karena parasetamol
memiliki gugus autokrom (-OH) dan
gugus kromofor (- CO) sehingga bisa menyerap sinar UV. Begitu pula dengan
kafein mampu menyerap sinar UV.
Adapun cara kerja dari percobaan ini
adalah pembuatan larutan stok parasetamol dan kafein yaitu disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, ditimbang masing-masing 100 mg parasetamol dan 50 mg
kafein dan dilarutkan dalam 500 ml NaOH 0.1 N. Untuk penentuan panjang
gelombang maksimum cara kerjanya yaitu dibuat masing-masing parasetamol dan
kafein 10 ppm, dirunning pada panjang gelombang 200-400 nm dan ditentukan
panjang gelombang maksimumnya. Pada penentuan absortifitas jenis (a) dari
larutan standar adalah dibuat masing-masing kafein dan parasetamol 5 ppm, 10
ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm dan kafein 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60
ppm kemudian dicatat nilai absorbansi pada λ1 dan λ2. Penentuan
kadar parasetamol dan kafein cara kerjanya yaitu ditimbang 150 mg sampel,
dilarutkan dalam 500 ml NaOH 0.1 N dan diukur absorbansi pada λ maks 1 dan λ
maks 2. Adapun cara pembuatan NaOH
yaiu dengan melarutkan 4 gr NaOH dalam 1 lliter aquadest.
Alasan perlakuan untuk percobaan ini
adalah penyaringan dilakukan untuk menghilangkan partikel padat atau kotoRan
yang memungkinkan mempengaruhi daya absorbansi sampel, kemudian kuvet yang
digunakan harus dipegang bagian buramnya bukan yang bening/transparan supaya
bekas tangan pada kuvet tdak mempengaruhi absorbansi dari sampel melalui kuvet
sehingga proses analisis sesuai.
Adapun
hasil yang didapatkan, yaitu nilai absorbansi λmax 1
parasetamol, yaitu 0,034586 dan λmax 2, yaitu
0,033492. Sedangkan λmax1 pada
sampel kafein, yaitu 0,0127 dan λmax2, yaitu
0,01371 pada deret konsentrasi yang ditentukan. Sedangkan pada kadar
parasetamol dan kafein dalam panadol yang telah diuji, yaitu untuk parasetamol
kadarnya 1.618 dan kafein kadarnya 0.3779.
Dari
literatur www.panadol.com didapatkan kadar parasetamol ialah 132 dari 150 mg
kaplet dan kafein ialah 18 mg dari 150 mg kaplet dan hasil yang didapat yaitu
16 mg parasetamol dan 3 mg kafein dan dari hasil diketahui bahwa kadar
parasetamol kurang atau tidak sama
Adapun
faktor kesalahan yang terjadi, yaitu dalam hal cara memegang kuvet yang tidak
benar di mana bagian kuvet yang dipegang adalah bagian yang transparan.
Hubungan percobaan ini dengan farmasi
yaitu dalam penetapan kadar yang cocok dalam pembuatan suatu sediaan.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pecobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar
parasetamol ialah 1.618 dan kafein 0.3779.
B.
Saran
1. Untuk
Laboratorium
Sebaiknya bahan dan
alat di laboratorium dilengkapi dan diperbanyak jumlahnya.
2. Untuk
Asisten
Semoga tetap mampu
membagi ilmunya dengan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Cresswell,
Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum
Senyawa Organik. Bandung: ITB
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Edisi III.
Jakarta: Depkes RI
Ghalib,
Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Khopkar.
1984. Konsep Dasar Kimia Analisis.
Jakarta: UP
R.A.Day,
Dr Jan Dan Al - Underwood. 2002. Analitik
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Sumar,
Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi.
Jakarta: UI Press
Tim
Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia
Analisis. Makassar: UINAM
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
1. Pembuatan Larutan Stok PCT dan Kafein
100 mg PCT 50
mg kafein
Dikeringkan 105°C
Dilarutkan dalam 500 ml
NaOH 0,1 N
PCT 200
PPM
Kafein 100 ppm
2. Penentuan
λ maks PCT dan Kafein
PCT dan kafein
Dibuat 10 ppm
Dirunning 220 – 350 nm
Didapat
λ maksimum
3. Penentuan
Absorbansi Lrutan Standar
PCT dan Kafein
1 ppm 2 ppm 5 ppm 10
ppm 20 ppm
Dicatat
absorbansi pada λ1 dan λ2
4. Penetapan
Kadar PCT dan Kafein dalam Sampel
150 mg
Dikeringkan 105°C
Dilarutkan dalam 500 ml
NaOH 0,1 N
Diambil 5 ml
Dilarutkan dalam 500 ml
NaOH 0,1 N
Diukur
absorbansi pada λ maks 1 dan λ maks 2
boleh minta file nya? di blog ada tampilan yg kosong soalnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus