BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan
sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana
bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf
sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf
pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang
(medula spinalis).
Sistem saraf pusat dapat ditekan
seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik misalnya hipnotik
sedativ. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat
depresan saraf pusat yaitu anestetik umum, hipnotik sedativ, psikotropik,
antikonvulsi, analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf pusat.
Dalam percobaan ini mahasiswa
farmasi diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami bagaimana efek
farmakologi obat depresan saraf pusat dimana dalam percobaan ini mahasiswa
mengamati anestetik umum dan hipnotik sedativ yang diujikan pada hewan coba
mencit (Mus musculus). Obat yang digunakan untuk anestetik umum yaitu
eter, kloroform dan alkohol 96%, sedangkan untuk hipnotik sedativ digunakan diazepam,
kloral hidrat, infusa kangkung, dan fenobarbital.
Adapun dalam bidang farmasi
pengetahuan tentang sistem saraf pusat perlu untuk diketahui khususnya dalam
bidang ilmu farmakologi toksikologi karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui
obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja pada sistem saraf pusat. Hal inilah
yang melatar belakangi dilakukannya percobaan ini.
B.
Maksud Dan
Tujuan Percobaan
1. Maksud
Percobaan
Mengetahui dan memahami efek farmakologi yang
ditimbulkan oleh obat yang bekerja pada sistem saraf pusat golongan anestetik
dan hipnotik-sedatif pada hewan coba.
2.
Tujuan
percobaan
a.
Mengetahui dan memahami efek dari
obat hipnotik-sedatif berupa kloralhidrat, diazepam, dan fenobarbital pada
mencit (Mus musculus).
b.
Mengetahui dan memahami efek
yang ditimbulkan dari pemberian obat anestesi umum yaitu eter, kloroform dan
alkohol 96 % pada mencit (Mus musculus).
C. Prinsip Percobaan
1.
Anestesi umum
Penentuan efek dari pemberian obat anestesi umum yaitu
eter, kloroform dan alkohol 96% dengan melihat onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan.
2. Hipnotik
sedatif
Penentuan efek dari pemberian obat hipnotik sedatif
berupa kloralhidrat, diazepam, dan fenobarbital dengan melihat onset dan durasi
dari efek yang ditimbulkan serta respon yang dihasilkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Umum
Sistem saraf adalah serangkaian
organ yang kompleks dan berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan
saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan
saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula
spinalis (sumsum tulang belakang) (Tim Penyusun. 2010:68).
Anestetik umum adalah senyawa obat
yang dapat menimbulkan anestesi atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum
yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan (Tim Penyusun.
2012:21).
Anestetik umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok reaksi
serta menimbulkan relaksasi pada pembedahan. Tahap-tahap anestesi antara lain (Tim
Penyusun. 2012:22):
1. Analgesia.
Kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadi euphoria (rasa nyaman) yang
disertai impian-impian yang menyerupai halusinasi. Ester dan nitrogen monoksida
memberikan analgesia yang baik pada tahap ini sedangkan halotan dan thiopental
tahap berikutnya.
2.
Eksitasi. Kesadaran hilang dan
terjadi kegelisahan (tahap edukasi).
3.
Anestesi. Pernapasan menjadi dangkal
dan cepat, teratur seperti tidur (pernapasan perut), gerakan bola mata dan
reflex bola mata hilang, otot lemas.
4. Pelumpuhan
sumsum tulang. Kerja jantung dan pernapasan berhenti. Tahap ini harus
dihindari.
Anestetik umum merupakan depresan
sistem saraf pusat, dibedakan menjadi anestetik inhalasi yaitu anestetik gas, anestetik
menguap dan anestetik parenteral. Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang
digunakan hanya anestetik menguap dan anestetik parenteral (Tim Penyusun. 2012:23).
Efek anestetik ini pada mencit/tikus
antara lain dapat dideteksi dengan Touch respon, yaitu dengan menyentuh leher
mencit atau tikus dengan suatu benda misalnya pensil. Jika mencit tidak
bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh anestetik. Selain itu pasivitas
juga dapat mengindikasikan pengaruh anestesi. Pasivitas yaitu mengukur respon
mencit bila diletakkan pada posisi yang tidak normal, misalnya mencit yang
normal akan menggerakkan kepala dan anggota badan lainnya dalam usaha melarikan
diri, kemudian hal yang sama tetapi dalam posisi berdiri, mencit normal akan
meronta-ronta. Mencit yang diam kemungkinan karena terpengaruh oleh senyawa anestetik.
Uji neurologik yang lain berkaitan dengan anestetik ialah uji ringhting refleks
(Tim Penyusun. 2012:23).
Mekanisme terjadinya anesthesia
sampai sekarang belum jelas meskipun dalam bidang fisiologi SSP dan susunan
saraf perifer terdapat kemajuan hebat sehingga timbul berbagai teori
berdasarkan sifat obat anestetik,misalnya penurunan transmisi sinaps, penurunan
konsumsi oksigen dan penurunan aktivitas listrik SSP (Tim Penyusun. 2012:11).
Hipnotik atau obat tidur
(hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila diberikan pada malam hari dalam
dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan fisiologis normal untuk tidur,
mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa ini diberikan untuk dosis yang
lebih rendah pada siang hari dengan tujuan menenangkan, maka disebut sedativa
(obat pereda). Perbedaannya dengan psikotropika ialah hipnotik-sedativ pada
dosis yang benar akan menyebabkan pembiusan total sedangkan psikotropika tidak.
Persamaannya yaitu menyebabkan ketagihan (Tim Penyusun. 2012:24).
Tidur adalah kebutuhan suatu makhluk
hidup untuk menghindarkan dari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang
tidur. Pusat tidur di otak mengatur fungsi fisiologis ini. Pada waktu terjadi
miosis, bronkokontriksi, sirkulasi darah lambat, stimulasi peristaltik dan
sekresi saluran cerna (Tim Penyusun. 2012:24).
Tidur normal terdiri dari 2 jenis (Tim Penyusun. 2012:25):
1. Tidur tenang
: (Slow wafe, NREM = Non Rapid Eye Movement), (ortodoks) yang berciri irama
jantung, tekanan darah, pernapasan teratur, otot kendor tanpa gerakan otot muka
atau mata.
2. Tidur REM
(Rapid Eye Movement) atau paradoksal, cirinya otak memperlihatkan aktivitas
listrik (EEG=Electro encephalogram), seperti pada orang dalam keadaan bangun
dan aktif, gerakan mata cepat. Jantung, tekanan darah dan pernapasan naik turun
naik, aliran darah ke otak bertambah, ereksi, mimpi.
Menurut beberapa penelitian di Amerika, sleep paralysis
berhubungan dengan gangguan tidur yang terjadi pada tahap tidur paling dalam
(REM).Sebagai gambaran bagi Anda, terdapat 4 tahapan pola tidur.Tahap 1
merupakan tahap tidur yang paling ringan (drowsiness), dimana Anda masih
menyadari kondisi di sekeliling Anda .
Setelah itu Anda Anda akan memasuki tahap 2 yaitu tahap tidur yang lebih dalam.
Tahapan 3 merupakan tahapan tidur yang jauh lebih dalam lagi.Sebenarnya tahap 3
merupakan tahap peralihan dari tahap 2 menuju tahap 4 yang merupakan tahap
paling dalam ( REM –rapid eye movement).
Malfungsi tidur atau ganguan tidur terjadi saat
gelombang otak tidak mengikuti pola tidur yang seharusnya berjalan. Misalnya
seperti yang terjadi pada penderita sleep paralysis, dimana biasanya penderita
mengalami lompatan-lompatan tahapan tidur. Karena tahapan-tahapan tidur tidak
berjalan normal , tubuh Anda tidak siap saat otak Anda terbangun dari tahap
REM. Artinya Anda sudah sadar , namun karena tubuh Anda belum terbangun , Anda
merasa seolah sulit untuk bergerak.
Beberapa penelitian sleep paralysis tidak terlalu berbahaya bila dibandingkan
dengan gangguan tidur lainnya seperti sleep apnea dan sleep walking. Namun Anda
tetap harus mewaspadainya.Beberapa ahli mengaitkannya dengan narcolepsy
–kondisi neurologik dimana seseorang
tidak mampu mengontrol tubuhnya saat tidur. Sementara beberapa ahli
mengaitkannya dengan stres dan kurang tidur.
Istilah anesthesia dikemukakan
pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anesthesia
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Anesthesia
lokal, yaitu hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran;
2. Anesthesia
umum, yaitu hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran. Anesthesia yang
dilakukan dahulu oleh orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina
menggunakan Canabis indica, dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu
untuk menghilangkan kesadaran.
Dalam banyak hal, fungsi dasar
neuron dalam sistem saraf pusat sama dengan sistem saraf otonom. Misalnya
transmisi informasi dalam sistem saraf pusat dan perifer keduanya menyangkut
lepasnya neurotransmitter yang melintas pada celah sinaptik untuk kemudian
terikat pada reseptor spesifik neuron postsinaptik. Dalam pengenalan
neurotransmitter oleh membran reseptor neuron postsinaptik memberikan perubahan
intraseluler (Olson. 2002:40).
Stadium anestesi ada 4, yaitu:
1. Stadium I
(analgesia). Stadium analgesia dimulai sejak saat pemberian anestetik sampai
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien tidak lagi merasakan nyeri (analgesia),
tetapi masih tetap sadar dan dapat mengikuti perintah. Pada stadium ini dapat
dilakukan tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi dan biopsi
kelenjar.
2.
Stadium II (Eksitasi). Stadium ini
dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan yang teratur yang
merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pada stadium ini pasien tampak
mengalami delirium dan eksitasidengan gerakan-gerakan di luar kehendak.
3.
Stadium III (Pembedahan). Stadium
III dimulai dengan timbulnya kembali pernapasan yang teratur dan berlangsung
sampai pernapasan spontan hilang. Keempat tingkat dalam stadium pembedahan
dibedakan dari perubahan pada gerakan bola mata, refleks bulu mata dan
konjungtiva, tonus otot, dan lebar pupil yang menggambarkan semakin dalamnya
pembiusan.
a)
Tingkat 1: pernapasan teratur,
spontan, dan seimbang antara pernapasan dada dan perut; gerakan bola mata
terjadi di luar kehendak, miosis, sedangkan, tonus otot rangka masih ada.
b)
Tingkat 2: pernapasan teratur tetapi
frekuensinya lebih kecil, bola mata tidak bergerak, pupil mata melebar, otot
rangka mulai melemas, dan refleks laring hilang sehingga pada tingkat dapat
dilakukan intubasi.
c)
Tingkat 3: pernapasan perut lebih
nyata daripada pernapasan dada karena otot interkostal mulai lumpuh, relaksasi
otot rangka sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum maksimal.
d)
Tingkat 4: pernapasan perut sempurna
karena otot interkostal lumpuh total, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat
lebar dan refleks cahaya menghilang. Pembiusan hendaknya jangan sampai ke
tingkat 4 ini sebab pasien akan mudah sekali masuk ke stadium IV yaitu ketika
pernapasan sopntan melemah. Untuk mencegah ini, harus diperhatikan benar sifat
dan dalamnya pernapasan, lebar pupil dibandingkan dengan keadaan normal, dan
turunnya tekanan darah.
4. Stadium IV
(Depresi Medula Oblongata). Stadium IV ini dimulai dengan melemahnya pernapasan
perut dibanding stadium III tingkat 4, tekanan darah tidak dapat diukur karena
pembuluh darah kolaps, dan jantung berhenti berdenyut. Keadaan ini dapat segera
disusul dengan kematian, kelumpuhan napas di sini tidak dapat diatasi dengan
pernapasan buatan, bila tidak didukung oleh alat bantu napas dan sirkulasi.
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007: 125)
Pada sebagian besar sinaps sistem
saraf pusat, reseptor tergabung dalam saluran ion, mengikat neurotransmitter ke
reseptor membran postsinaptik sehingga dapat membuka saluran ion secara cepat
dan sesaat. Saluran yang terbuka ini kemungkinan ion didalam dan luar membran
sel mengalir kearah konsentrasi yang lebih kecil. Perubahan komposisi dibalik
membran neuron akan mengubah potensial postsinaptik, menghasilkan depolarisasi
atau hiperpolarisasi membran postsinaptik, yang tergantung pada ion tertentu
yang bergerak dan arah dari gerakan itu (Departemen Farmakologi dan Terapeutik.
2007:81).
Gangguan neurotransmisi yang dapat
diobati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang disebabkan oleh terlalu
banyaknya neurotransmisi dan oleh terlalu sedikitnya neurotransmisi.
Neurotransmisi yang terlalu banyak disebabkan oleh (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik. 2007:89).
Sekelompok neuron yang terlalu mudah
dirangsang yang bekerja tanpa adanya stimulus yang sesuai, misalnya gangguan
kejang, terapi diarahkan pada pengurangan otomatisitas sel – sel ini.
Terlalu banyak molekul
neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor pascasinaptik. Terapi meliputi
pemberian antagonis yang memblokir reseptor – reseptor pascasinaptik.
Terlalu sedikit molekul
neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor pascasinaptik, misalnya parkinson.
Beberapa strategi pengobatan yang meningkatkan neurotransmisi, meliputi obat –
obatan yang menyebabkan pelepasan neurotransmitter dari terminal prasinaptik,
dan prekursor neurotransmitter yang diambil kedalam neuron prasinaptik dan
dimetabolisme menjadi molekul neurotransmitter aktif.
Alzheimer
1.
Patofisiologi
Simtoma Alzheimer ditandai dengan perubahan-perubahan
yang bersifat degeneratif pada sejumlah sistem neurotransmiter, termasuk perubahan fungsi pada sistem
neural monoaminergik yang melepaskan asam glutamat, noradrenalin, serotonin dan serangkaian sistem yang dikendalikan
oleh neurotransmiter. Perubahan degeneratif juga terjadi pada beberapa area otak seperti lobus temporal dan lobus parietal, dan beberapa bagian di dalam korteks frontal dan girus singulat, menyusul dengan hilangnya sel saraf dan sinapsis. ("Neuropathologic changes in Alzheimer's disease". Division of Neural Systems, Memory &
Aging, The University of Arizona: Wenk GL.
Diakses 2014-11-30.)
Sekretase-β dan presenilin-1 merupakan enzim yang berfungsi untuk mengiris domain terminus-C pada molekul AAP dan melepaskan enzim kinesin dari gugus tersebut.Apoptosis terjadi pada sel saraf yang tertutup plak amiloid yang masih
mengandung molekul terminus-C, dan tidak terjadi jika molekul tersebut telah
teriris.Hal ini disimpulkan oleh tim dari Howard Hughes Institute yang
dipimpin oleh Lawrence S. B. Goldstein, bahwa terminus-C membawa sinyal apoptosis
bagi neuron. ("Defective Cell Transport Suggested in Alzheimer's Disease". Howard Hughes Medical Institute;
Lawrence S. B. Goldstein.Diakses
2014-11-30)
2. Pengobatan
Menyusul ditemukannya kinom
pada manusia, kinaseprotein telah menjadi prioritas terpenting kedua
pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi oleh molekulligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus
dipelajari, namun beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein
kinase, CK1
dan CK2, ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada
patologi molekular dari beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit
Parkinson
dan sklerosis
lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik bekerja pada kedua
enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan penyakit tersebut
di atas. ("Protein kinases CK1 and CK2 as new targets for neurodegenerative
diseases". Instituto de Quimica Medica-CSIC; Perez
DI, Gil C, Martinez A. Diakses 2010-11-30.)
Donepezil adalah obat yang diminum secara
oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf rendah hingga medium.Donepezil tersedia dalam bentuk tablet oral. Biasanya diminum satu kali sehari
sebelum tidur, sebelum atau sesudah makan.Efek samping
yang sering terjadi sewaktu minum Donepezil adalah sakit kepala, nyeri seluruh
badan, lesu, mengantuk, mual, muntah, diare, nafsu makan hilang, berat badan
turun, kram, nyeri sendi, insomnia, dan meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Rivastigmine adalah obat yang diminum secara
oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf rendah hingga medium.Setelah enam
bulan pengobatan dengan Rivastigmine, 25-30% penderita dinilai membaik pada tes
memori, pengertian dan aktivitas harian dibandingkan pada pasien yang diberikan
plasebo hanya 10-20%.Rivastigmine biasanya diberikan dua kali sehari setelah
makan. Karena efek sampingnya pada saluran cerna pada awal pengobatan,
pengobatan dengan Rivastigmine umumnya dimulai dengan dosis rendah, biasanya 1,5 mg dua kali sehari,
dan secara bertahap ditingkatkan tidak lebih dari 2 minggu.
Memantin adalah obat yang diminum secara oral
untuk mengobati penyakit Alzhaimer taraf Sedang hingga berat dengan mekanisme
keja yang berbeda dan unik dengan memperbaiki proses sinyal Glutamat. Obat ini
diawali dengan dosis rendah 5 mg setiap minggu dilakukan selama 3 minggu untuk
mencapai dosis optimal 20 mg/hari.
Parkinson
1.
Patofisiologi
Penyebab terjadinya penyakit Parkinson adalah kurangnya
jumlah neurotransmitter dopamin di dalam susunan saraf. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf
di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur
perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan
ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks
otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai
impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin. Pada penyakit
Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga
pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya
juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin
terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang
faktor genetik tidak memegang peran utama.
Kadang
penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang
sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan
peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya,
obat-obatan atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam
otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat
dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf. (Dittmar, 2009: 105)
2. Pengobatan
Obat
poten (pilihan utama) untuk parkinson sampai sekarang ini adalah levodopa, wlaupun
penggunaannya sudah mulai dikurangi disebabkan oleh banyaknya efek samping yang
ditemukan.
Obat-obat
pilihan yang tersedia tidak dapat menyembuhkan penyakit parkinson, namun dapat
mengurangi gejala atau memperpanjang waktu bagi penderita untuk bebas dari
gejala.
Menyusul
ditemukannya kinom pada manusia, kinaseprotein telah menjadi prioritas terpenting
kedua pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi oleh molekulligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari,
namun beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase, CK1 dan CK2, ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada
patologi molekular dari beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik
bekerja pada kedua enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan
penyakit tersebut di atas.
Penyakit
Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin,
pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil),
antihistamin, anti depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari
obat-obat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan
perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah
melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Di
dalam otak levodopa diubah menjadi dopamin. Obat ini mengurangi tremor dan
kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita Parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya terbaring di
tempat tidur menjadi kembali mandiri.
Pengobatan
dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Penambahan karbidopa
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa di dalam otak dan untuk
mengurangi efek levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Mengkonsumsi
levodopa selama bertahun-tahun bisa menyebabkan timbulnya gerakan lidah dan
bibir yang tidak dikehendakik, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk dan
lengan serta tungkai berputar-putar. Beberapa ahli percaya bahwa menambahkan
atau mengganti levodopa dengan bromokriptin selama tahun-tahun pertama
pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.
Sel-sel
saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang dicangkokkan ke dalam
otak penderita Parkinson bisa memperbaiki kelainan kimia tetapi belum cukup
data mengenai tindakan ini.
Untuk
mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan
kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara
rutin. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa
membantu penderita tetap mandiri.
Makanan
kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu
memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan
karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan
sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi). ("Protein kinases CK1 and CK2 as new targets for
neurodegenerative diseases". Instituto de Quimica Medica-CSIC;
Perez DI, Gil C, Martinez A. Diakses 2014-11-30)
Schizophrenia
1.
Patofisiologi
Patofisiologi
skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik. Skizofrenia
terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik.
Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine,
terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau
hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Hipotesis/teori
tentang patofisiologi skizofrenia :
a.
pada
pasien skizofrenia terjadi hiperaktivitas sistem dopaminergik
b. Hiperdopaminegia pada sistem meso limbik yang
berkaitan dengan gejala positif
c. Hipodopaminergia pada sistem meso kortis dan
nigrostriatal yang bertanggungjawab
terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal.
2.
Pengobatan
Pengobatan psikiatri lini pertama untuk
skizofrenia adalah obat antipsikotik, yang dapat mengurangi gejala positif
psikosis dalam waktu sekitar 7-14 hari. Namun, obat antipsikotik gagal untuk
menghilangkan gejala negatif dan gangguan kognitif secara bermakna. Penggunaan
jangka panjang menurunkan risiko relaps. (National Collaborating Centre for
Mental Health. Gaskell and the British Psychological Society. Schizophrenia: Full national clinical
guideline on core interventions in primary and secondary care. Diakses pada 2012-11-30)
Pilihan obat antipsikotik yang digunakan didasarkan pada
manfaat, risiko, dan biaya.Masih diperdebatkan mana yang lebih baik antara
golongan obat tipik
atau antipsikotik atipik/tidak khas.Keduanya memiliki angka putus obat dan
kekambuhan gejala apabila obat tipik digunakan pada dosis rendah hingga sedang.
Respon yang baik ditemukan pada 40–50%, respon sebagian pada 30–40%, dan
resistensi terhadap pengobatan (gagal menunjukkan respon gejala yang memuaskan
setelah enam minggu pengobatan menggunakan dua atau tiga obat antipsikotik yang
berbeda) pada 20% orang.Klozapin adalah pengobatan yang efektif bagi mereka yang tidak menunjukkan
respon pengobatan yang baik terhadap obat lain, namun memiliki potensi efek
samping berat yaitu agranulositosis (jumlah sel darah putih menurun) pada 1–4%.(Schultz SH, North SW, Shields CG. Schizophrenia: a review. Am
Fam Physician. 2007: 75)
B.
Uraian Bahan
1.
Aquadest (Dirjen POM. 1979:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama
lain
: Air suling
Rumus
molekul : H2O
Berat
molekul : 18,02
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiatidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.
Eter (Dirjen POM.
1979:66)
Nama resmi : AETHER ANAESTHETICUS
Nama lain : Eter
anestesi/etoksietana
Rumus molekul :C4H100
Berat molekul : 74,12
Pemerian :Cairan
transparan; tidak berwarna; bau khas; rasa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaimanis dan membakar. Sangat mudah menguap; aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaisangat mudah terbakar; campuran uapnya dengan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaioksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaitertentu dapat meledak.
Kelarutan
: Larut dalam 10 bagian
air; dapat bercampur dengan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaetanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan minyak aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaalemak dan dengan minyak atsiri.
Farmakodinamika : Eter melakukan kontraksi pada otot jantung, terapi iiin vivo ini
dilawan oleh meningginya aktivitas iisimpati sehingga curah jantung tidak berubah, eter iimenyebabkan
dilatasi pembuluh darah kulit
Farmakokinetik : Eter
diabsorpsi dan diekskresi melalui paru-paru, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaisebagian diekskresi urin, air susu, dan keringat
Efek samping :Iritasi
saluran pernafasan, depresi nafas, mual, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaimuntah, salivasi
Penyimpanan : Dalam wadah kering
tertutup rapat, terlindung dariicahaya; di tempat sejuk.
Khasiat : Anestesi umum
Mekanisme kerja :
eter melakukan kontraksi pada otot jantung, terapi iiin vivo ini dilawan oleh meningginya
aktivitas iisimpati
sehingga curah jantung tidak berubah, eter iimenyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit. Eter iidiabsorpsi dan
diekskresi melalui paru-paru, iisebagian
kecil diekskresi urin, air susu, dan iikeringat.
3. Kloroform (Dirjen POM.
1979:151)
Nama resmi : CHLOROFORMUM
Nama lain :
kloroform
Rumus molekul : CHCl3
Berat molekul : 119,38
Pemerian :iCairan,
mudah menguap; tidak berwarna; bau aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiakhas; rasa manis dan membakar
Kelarutan :iLarut dalam
lebih kurang 200 bagian air; mudah aaaaaaaalarut dalam etanol mutlak
P, dalam eter P, dalam
aaaaaaaasebagian besar
pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemah
Farmakodinamik : Kloroform
dapat menurunkan stabilitas kecepatan aikontraksi obat, gelisah
Farmakokinetik :idiabsopsi cepat
dan sempurna melalui saluran iicerna, konsentarasi tertinggi dalam plasma dicapai iidalm waktu ½
jam dan masa paruh plasma antara 1-ii3 jam, obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. iiMetabolisme
oleh enzim mikrosom hati. Sebagian iiparasetamol dikonjugasi dengan asam glukoronat iidan sebagian
kecil lainnya dengan asam iisulfat.(11;318)
Efek samping : Merusak hati dan bersifat karsinogenik
Penyimpanan :iDalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, iiterlindung dari cahaya
Kegunaan : Anestesi umum
Mekanisme
kerja : merusak sel hati melalui
metabolik reaktif yaitu iiradikal
triklorometil. Radikal ini secara kovalen iimengikat protein dan lipid jenuh sehingga terbentuk iiperoksidasi lipid pada membran
sel yang akan iimenyebabkan
kerusakan yang dapat iimengakibatkan
pecahnya membran sel peroksidasi iilipid
yang menyebabkan penekanan pompa Ca2+iimikrosom yang dapat menyebabkan gangguan
awal iihemostatik
Ca2+ sel hati yang dapat menyebabkan iikematian sel.
4.
Etanol (Dirjen POM.
1979:65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : alkohol, etanol,
alkohol absolut, alkohol mutlak
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Pemerian :iCairan tak
berwarna, jernih, mudah menguap dan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiamudah bergerak;
bau khas; rasa panas. Mudah aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiaterbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiberasap
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air, dalam kloroform P, aaaaaaaaaaaaaaaaaaa
dan dalam eter P
Farmakodinamik :iDepresi SSP,
penggunaan pada saat tidur dapat aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaimengurangi
waktu tidur. Merangsang sekresi asam aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaailambung, dan
salivasi
Farmakokinetik : Absorpsi
dalam lambung dan usus halus dan kolon
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiberlangsung cepat,uap alkohol diabsorpsi lewat aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiparu-paru dan menimbulkan keracunan
Efek samping : Kerusakan
otot, gangguan tidur, gangguan mental
Penyimpanan :iDalam wadah tertutup rapat, terlindung aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidaricahaya;
di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Anestesi umum.
Mekanisme
kerja : merangsang
sekresi asam lambung dan salivasi.
5.
Fenobarbital (Dirjen POM. 1979:481)
Nama resmi : PHENOBARBITALUM
Nama lain :Luminal
Rumus molekul : C12H12N2O3
Berat
molekul : 232,24
Pemerian : Hablur
atau serbuk hablur; putih tidak berbau; rasa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiagak pahit
Kelarutan :iSangat sukar
larut dalam air; larut dalam etanol aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaai(95%) P, dalam
eter P, dalam larutan alkali aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaihidroksida dan
dalam larutan alkali karbonat
Farmakodinamik :iEfek
utama adalah depresi SSP, semua tingkat aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidepresinya dapat tercapai mulai dari sedatif, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaihipnotik, berbagai tingkat anestesi, koma
Farmakokionetik :iBentuk garam
natrium lebih mudah diabsorpsi aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidaripada bentuk
asamnya, masa kerja bervariasi aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiantara 10-60
menit tergantung pada zat dan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiformulasinya
Indikasi :iDigunakan pada
narkoakalisis dan narkoterapi di aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiklinik
psikistri dan sebagai anestesi umum yang aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidigunakan
secara intravena
Efek samping : Hang over,
eksitasi, paradoksal, rasa nyeri, alergi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Hipnotikum,
sedativum
Mekanisme
kerja : Merangsang
kontraksijantung menurun, terjadi aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaipernapasan perut,
kecepatan nafas naik hingga aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaitertidur
menyebabkan terjadinya miosis, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaibronkokontriksi,
sirkulasi darah lambat, stimulasi aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiperistaltik
dan sekresi saluran cerna
6. Na CMC (Dirjen POM. 1979: 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium Karboksimetilselulosa
Rumus molekul : C23H46N2O6.H2SO4.H2O
Berat molekul : 694,85
Pemerian :iSerbuk atau butiran;
putih atau putih kuning gading; aaaaaaaiitidak
berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik
Kelarutan :Mudah
mendispersi dalam air, membentuk suspensi aaaaaaaakoloidal; tidak larut dalam etanol (95 %) P,
dalam aaaaaaaaeter
P dan dalam pelarut organik lain
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pendispersi
7. Kloral
Hidrat (Budavari. 2001:
2083)
Nama resmi : KLORAL HIDRAT
Nama lain : Trichloroacetaldehyde monohydrate
Rumus
molekul : C2H3Cl3O2
Berat
molekul : 165,40
Pemerian : Bentuk
kristal padat, tidak
berwarna atau putih,
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidengan
bau mengiritasi
Kelarutan :iLarut dalam alkohol, eter, aseton, benzen,
piridin, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiikloroform, minyak
zaitun, gliserol, karbon
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidisulfida, metil
etil keton, terpentin, petroleum aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaeter,
karbon tetraklorida, toluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Hipnotik-sedativum
Indikasi : Dalam bidang medis, digunakan untuk mengobati aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiinsomnia
untuk jangka waktu pendek (tidak
lebih aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaidari 2
minggu); merupakan obat
kelas aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaisedatif/hipnotik yang dapat mempengaruhi bagian aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaitertentu
pada otak untuk menimbulkan efek tenang aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiidan mengantuk; digunakan dalam
pembuatan DDT
C.
Uraian Hewan Coba
1. Klasifikasi Mus musculus
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo :
Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Spesies : Mus musculus
2. Data
biologis
- Konsumsi pakan per hari
- Konsumsi air minum per hari
- Diet protein
- Ekskresi urine per hari
- lama hidup
- Bobot badan dewasa
-
Jantan
-
Betina
- Bobot lahir
- Dewasa kelamin (jantan=betina)
- Siklus estrus (menstruasi)
- Umur sapih
- Mulai makan pakan kering
- Rasio kawin
- Jumlah kromosom
- Suhu rektal
- Laju respirasi
- Denyut jantung
- Pengambilan darah maksimum
- Jumlah sel darah merah
(Erytrocyt)
- Kadar haemoglobin(Hb)
- Pack Cell Volume (PCV)
- Jumlah sel darah putih
(Leucocyte)
|
5 g (umur 8 minggu)
6,7 ml (umur 8 minggu)
20-25%
0,5-1 ml
1,5 tahun
25-40 g
20-40 g
1-1,5 g
28-49 hari
4-5 hari (polyestrus)
21 hari
10 hari
1 jantan – 3 betina
40
37,5oC
163 x/mn
310 – 840 x/mn
7,7 ml/Kg
8,7 – 10,5 X 106 / μl
13,4 g/dl
44%
8,4 X 103 /μl
|
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan antara lain gelas ukur, spoit
oral/kanula, spoit injeksi, toples, dan timbangan mencit.
2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain diazepam, etanol 96
%, eter, fenobarbital, infusa kangkung, kloral hidrat, kloroform, dan Na CMC.
B.
Cara Kerja
1.
Anestetik
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Dimasukkan mencit ke dalam tiga
toples berbeda (toples 1 berisi kloroform, toples 2 berisi eter, dan toples 3
berisi etanol)
c.
Diamati onset dan durasi
2.
Hionotik-sedatif
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Dibagi mencit dalam empat kelompok
dan ditimbang bobotnya.
Mencit I
diberi diazepam secara per oral
Mencit II
diberi fenobarbital secara per oral
Mencit III
diberi kloral hidrat secara per oral
Mencit IV
diberi infusa kangkung secara per oral
c.
Diamati onset dan durasi
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Tabel Pengamatan
1.
Anestetik
Parameter
|
Kloroform
|
Alkohol
|
Eter
|
Onset
|
12 detik
|
14 menit
|
1 menit 3
detik
|
Durasi
|
7 menit 23
detik
|
21 menit
|
3 menit 50
detik
|
Respon
|
Grooming
(+++)
Tremor
(+++)
Diuresis
(+++)
Bronkokontriksi
(+++)
Vasokontriksi
(+++)
|
Grooming
(+++)
Tremor
(++)
Bronkokontriksi
(+++)
Vasokontriksi
(+++)
|
Grooming
(+++)
Tremor
(++)
Diuresis
(+)
Diare (+)
|
2. Hipnotik-Sedatif
Perlakuan
|
BB Mencit
|
Volume
|
Waktu
|
|
Onset
|
Durasi
|
|||
Luminal
|
21 g
|
0,7 mL
|
5 menit 12 detik
|
12 menit 24 detik
|
Infusa Kangkung
|
23 g
|
0,76 mL
|
14 menit
|
5 menit
|
Kloral Hidrat
|
20 g
|
0,67 mL
|
1 menit 3 detik
|
Mati
|
Diazepam
|
22 g
|
1 mL
|
1 menit 9 detik
|
5 menit 10 detik
|
B.
Pembahasan
Sistem saraf adalah serangkaian
organ yang kompleks dan berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan
saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan
saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula
spinalis (sumsum tulang belakang) (Tim Penyusun. 2010: 68).
Anestetik umum adalah senyawa obat
yang dapat menimbulkan anestesi atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum
yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan (Tim Penyusun.
2012: 21).
Hipnotik atau obat tidur
(hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila diberikan pada malam hari dalam
dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan fisiologis normal untuk tidur,
mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa ini diberikan untuk dosis yang
lebih rendah pada siang hari dengan tujuan menenangkan, maka disebut sedativa
(obat pereda). Perbedaannya dengan psikotropika ialah hipnotik-sedativ pada
dosis yang benar akan menyebabkan pembiusan total sedangkan psikotropika tidak.
Persamaannya yaitu menyebabkan ketagihan (Tim Penyusun. 2012: 24).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh obat-obatan terhadap efek anestetik dan hipnotik-sedatif. Dalam
percobaan ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan
antara lain gelas ukur, spoit oral/kanula, spoit injeksi, toples, dan timbangan
mencit. Bahan yang digunakan antara lain diazepam, etanol 96 %, eter,
fenobarbital , infusa kangkung, kloral hidrat, kloroform, dan Na CMC.
Langkah kerja untuk anestetik yaitu
disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan mencit ke dalam tiga toples berbeda
(toples 1 berisi kloroform, toples 2 berisi eter, dan toples 3 berisi etanol)
dan diamati onset dan durasi. Untuk uji
hipnotik sedatif langkah-langkahnya yaitu disiapkan alat dan bahan, dibagi
mencit dalam empat kelompok dan ditimbang bobotnya. Mencit I diberi diazepam
secara per oral. Mencit II diberi fenobarbital secara per oral. Mencit III
diberi kloral hidrat secara per oral. Mencit IV diberi infusa kangkung secara
per oral. Diamati onset dan durasi
Pada uji anestetik saat diberikan
kloroform, onset yang tercatat yaitu 12 detik dan memiliki durasi 7 menit 23
detik. Respon yang terllihat yaitu grooming, tremor, diuresis, bronkokontriksi,
dan vasokontriksi yang sering terjadi. Alkohol memiliki onset 14 menit dan
durasi 21 menit. Respon yang terlihat yaitu kadang-kadang terjadi tremor dan
sering terjadi grooming, bronkokontriksi, dan vasokontriksi. Eter memiliki
onset 1 menit 3 detik dan durasi 3 menit 50 detik. Respon yang timbul yaitu
sering terjadi grooming, dan kadang-kadang timbul tremor, diuresis, dan diare.
Pada uji hipnotik sedatif, luminal memiliki onset 5 menit 12 detik dan durasi
sebesar 12 menit 24 detik. Pada pemberian infusa kangkung onset berakhir pada
14 menit dan durasinya selama 5 menit. Kloral hidrat memiliki waktu onset 1
menit 9 detik dan mencitnya mati. Diazepam memiliki waktu onset 1 menit 15
detik dan durasi 5 menit 10 detik.
Hubungan dengan literatur (FK UI.
2012) yang menyatakan bahwa obat-obatan seperti kloroform dan eter memang
pernah digunakan sebagai anestetik inhalasi, sedangkan alkohol kurang efektif
digunakan sebagai anestetik inhalasi dan itu terbukti di percobaan di mana
alkohol memberikan onset yang cukup panjang sehingga dalam keadaan darurat
dapat membahayakan pasien. Namun dikatakan bahwa eter dan kloroform memiliki
efek merusak hati dengan pembentukan metabolit sekunder sehingga penggunaannya
dihentikan. Literatur juga mengatakan bahwa obat-obat hipnnotik-sedatfi seperti
luminal, kloral hidrat, dan diazepam cukup efektif untuk menidurkan dan
menenangkan, memiliki onset yang cepat dan durasi yang tidak terlalu lama pula.
Untuk infusa kangkung, sebuah penelitian membuktikan bahwa kangkung mengandung
Na dan Cl di mana keduanya merupakan persenyawaan bromida. Unsur-unsur ini juga
dapat menyebabkan hiperpolarisasi di otak sehingga proses penghantaran impus
terhambat dan terjadilah efek hipnotik sedatif.
Faktor kesalahan yang terjadi yaitu
tidak kesesuaian volume pemberian obat dan bobot mencit sehingga efek yang
ditimbulkan obat kurang maksimal. Faktor lain juga mungkin disebabkan oleh
ketidaktelitian pengamatan oleh praktikan sehingga respon, onset, dan durasi
yang dicatat kurang tepat.
Adapun dalam bidang farmasi
pengetahuan tentang sistem saraf pusat perlu untuk diketahui khususnya dalam
bidang ilmu farmakologi toksikologi karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui
obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja pada sistem saraf pusat.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan, dapat disimpulkan bahwa anestetik seperti kloroform dan eter
memiliki onset yang cepat dan durasi yang cukup lama, sedangkan untuk alkohol
memiliki onset dan durasi yang lama. Jadi, alkohol tidak dapat digunakan
sebagai obat anestetik inhalasi karena onsetnya yang lama. Obat-obat seperti
luminal, infusa kangkung, kloral hidrat dan diazepam efektif untuk diberikan
sebagai hipnotik-sedatif karena memiliki onset yang cepat dan durasi yang lama.
B. Saran
1.
Untuk
Asisten
Tetap mendampingi di lab, arahan dan bimbingan sangat diperlukan.
2.
Untuk
laboratorium
Sebaiknya alat dan semua bahan praktikum dilengkapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Budavari, S. (Ed.). 2001. The
Merck Index: An Encyclopedia of
Chemical, Drugs, and Biologicals,
Thirteenth Edition. USA: Merck & Co. Inc
Departemen Farmakologi Dan
Teraupetik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FK UI
Dirjen POM,. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Depkes RI
Olson, James, M D. 2002. Belajar
Mudah Farmakologi. Jakarta: ECG
Tim Penyusun. 2010. Buku Ajar
Anatomi Umum Fakultas Kedokteran. Makassar: Unhas.
Tim Penyusun.2012. Penuntun Praktikum
Farmakologi Toksikologi I. Makassar:STIFA.
LAMPIRAN
Skema Kerja
1.
Anestetik
Kloroform Eter Alkohol
Tteteskan pada kapas
Masukkan ke:
Toples I (Kloroform) Toples II
(Eter) Toples III (Alkohol)
Mencit I Mencit II
Mencit III
Amati Onset dan Durasi
2.
Hipnotik Sedatif
Berikan pada mencit
secara p.o.
Amati Respon, Onset, dan Durasi
0 komentar:
Posting Komentar