Kamis, 12 Februari 2015

DIABETES MILITUS

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di zaman era globalisasi saat ini ditemukan berbagai macam penyakit yang mematikan. Salah satu penyakit yang sering dijumpai yaitu diabetes mellitus yang dapat menyerang segala macam kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua, bahkan pada orang lansia sekalipun. Diabetes melitus umumnya lebih banyak diderita oleh kaum wanita terutama bagi mereka yang memiliki masalah pada berat badannya.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah akibat dari rusaknya sel beta pankreas yang menyebabkan defisiensi insulin baik secara relatif ataupun secara absolut.
Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.
Pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cara pemberian insulin ataupun obat-obat hipoglikemik oral seperti golongan sulfonilurea contohnya glibenclamide® dan golongan biguanid seperti metformin®.
Disamping pengobatan dengan obat modern diabetes dapat pula diobati dengan obat tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun mineral. Pengobatan secara tradisional memiliki efek samping yang kurang dibanding obat modern.
Dalam percobaan ini akan dibandingkan efek anti-diabetes dari obat golongan sulfonilurea (glibenclamide®) dengan obat  golongan biguanid (metformin®) serta Na-CMC sebagai kontrol, hal inilah yang menjadi latar belakang sehingga percobaan ini dilakukan.


B.     Maksud  dan Tujuan
1.      Maksud Percobaan
a.       Mengetahui bahan makanan yang mengandung glukosa
b.      Mengetahui dan memahami jenis obat yang bekerja sebagai agen anti-diabetik.
2.      Tujuan Percobaan
a.       Menentukan jenis makanan yang paling banyak mengandung glukosa
b.      Menentukan pengaruh obat-obat anti-diabetik golongan sulfonilurea dan biguanid terhadap kadar glukosa darah.
C.    Prinsip Percobaan
1.      Penentuan kadar glukosa darah pada probandus yang dipuasakan 12 jam dan diberi makanan yang mengandung glukosa seperti nasi, lauk, roti dan teh kotak lalu diukur glukosa darah menggunakan alat glukometer.
2.      Penentuan kadar glukosa darah pada mencit yang dipuasakan  8 jam dan diinduksi glukosa 50% lalu diberi obat-obat seperti metformin® dan glibenclamide® serta Na-CMC 1% sebagai kontrol kemudian diukur kadar gula darah menggunakan alat glukometer.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Teoritis
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Latin. Diabetes= penerusan, mellitus=manis madu). Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glikosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah (Tjay, 2002: 693).
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptide disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau Langerhans (sel A atau B yang menghasilkan insulin a, atau sel-A yang menghasilkan glukogen, dan a, atau sel-D yang menghasilkan somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh, dan dengan demikian membantu memelihara homeostasis glukosa darah. Hiperinsulinemia (misalnya, disebabkan oleh suatu insulinoma) dapat menyebabkan hipoglikemia berat. Umumnya, kekurangan insulin relatif ataupun absolut (seperti pada diabetes mellitus) dapat menyebabkan hiperglikemia berat. Pemberian preparat insulin atau obat-obat hipoglikemia dapat mencegah morbiditas dan mengurangi mentalitas yang berhubungan dengan diabetes (Mycek, 2001: 231).
Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin) yang disalurkan ke duodenum dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon insulin dan glukagon yang disalurkan langsung ke aliran darah (Tjay, 2002: 693).
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel  pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus Escherichia coli yang telah diubah secara genetik mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Sherwood, 2001: 214).
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmic sel ß pancreas. Prohormon tersebut ditransfer ke sistem retikulum endoplasma dan kemudian ke kompleks Golgi. Di tempat terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula yang mengandung insulin, proinsulin dalam jumlah kecil dan peptide-C kemudian terlepas dari apparatus Golgi (Ganiswarna, 2007: 149).
Diabetes mellitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna, 2007: 150).
Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Ganiswarna, 2007: 150).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glikosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah (Tjay, 2002: 693).
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insullin relatif atau absolut. Pelepasan insulin yang tidak adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat, dan seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat dibagi menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insulin: diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM atau tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM: sisanya 80 sampai 90% penderita NIDDM (Mycek, 2001: 233).
Empat kategori agen anti-diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat: Sekretagog insulin (sulfonilurea, meglitinide), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glukosidase-alfa. Sulfonilurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog  dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonilurea golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Sylvia, 2006: 114).
Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2000: 243).
Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21 WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kenudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2007: 179).
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50 % glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intra-sel yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul karena glukosa bersifat diuretik osmotik sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu maka di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Ganiswarna, 1995: 151).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabollisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen degan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa transpor glukosa menembus membran sel. Pada pasien-pasien dengan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat di sebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif terhadap insulin intrinsik. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa (Ganiswarna, 1995: 152).
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin (Mansjoer, 2000: 244).
Diagnosis klinis diabetes umumnya akan dipikirkan bila ada gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Mansjoer, 2000: 245).
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik digunakan sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM. Bila didapatkan kadar glukosa darah sewaktu kurang lebih 200 mg/dL dan kadar glukosa darah puasa kurang lebih 126 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus (Sudoyo, 2007: 180).
Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh kita, glukosa akan diabsorbsi oleh darah. Kemudian oleh kerja insulin glukosa dibawa ke hati untuk disimpan dalam bentuk glikogen. Akan tetapi pada kondisi diabetes melitus terjadi gangguan fungsi insulin sehingga glukosa banyak menumpuk di dalam darah. Keadaan ini disebut sebagai hiperglikemik (Guyton dan Hall, 1996: 148).
B.     Uraian Bahan
1.      Aquadest                     (Dirjen POM. 1979:96)
Nama resmi                 : AQUA DESTILLATA
Nama lain                   : Air suling, aquadest, air murni, air batering
Rumus molekul           : H2O
Berat molekul              : 18,02
Rumus struktur           :        H
                                        O       O
Pemerian                     : Cairan  jernih,  tidak  berbau,  tidak berwarna dan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaai tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                    : Sebagai pelarut
2.      Glukosa                       (Dirjen POM, 1979: 268)
Nama resmi                 : GLUCOSUM
Nama lain                    : Glukosa
Rumus molekul           : C6H12O22H2O

Rumus struktur           :
                                           http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/04/gbr21.jpg
Pemerian                     : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau butiran aaaaaaaaaaaaaaaaaaa    putih, tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan                    : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa air mendidih, agak sukar larut dalam etanol 95 % p aaaaaaaaaaaaaaaaaaa    mendidih, sukar larut  dalam etanol 95% p.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    : Induksi pada mencit
3.      Na-CMC                     (Dirjen POM. 1979: 401)
Nama resmi                 : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain                    : Natrium karboksimetilselulosa
Rumus molekul           : C23H46N2O6.H2SO4.H2O
Berat molekul              : 694,85
Rumus struktur           :





Pemerian                     : Serbuk    atau   butiran  putih   atau   putih  kuning
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaagading     tidak    berbau/hampir     tidak     berbau,
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa    higroskopik.
Kelarutan                    : Mudah    mendispersi    dalam    air,   membentuk  aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa           asuspensi   koloidal,   tidak    larut    dalam    etanol
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa    (95%), dalam eter dan dalam pelarut organik.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    : Sebagai pensuspensi obat/sampel
C.      Uraian Obat
1.    Glibenclamide® tablet
Nama sediaan              : Tablet
Nama paten                 : Daonil®, Euglucon®, Prodiabet®, Prodiamel®
Rumus struktur            :
                http://www.pharmawiki.ch/wiki/media/Glibenclamid_1.png
Indikasi                       : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (Type I, aaaaaaaaaaaaaaaaaaai maturity onset diabetes) yang tidak responsif azaaaaaaaaaaaaaaaaai  dengan diet saja.
Kemasan                      :iGlibenclamide® 5 mg, botol 100 captab 
  Glibenclamide® 5 mg, kotak 10 strip @ 10captab
Produksi                      : Indofarma
No. Reg                       : GKL 9520904004 A1
Kontraindikasi                        : Glibenclamide tidak boleh diberikan pada diabetes aaaaaaaaaaaaaaaaaaa   I              mellitus juvenil, prekoma dan koma diabetes, aaaaaaaaaaaaaaaaaaai                         gangguan fungsi ginjal berat, gangguan fungsi hati aaaaaaaaaaaaaaaaaaai                   serta gangguan berat fungsi tiroid atau adrenal. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaai              Penderita yang hipersensitif terhadap aaaaaaaaaaaaaaaaaaa                        iGlibenclamide.
Efek Samping             :iKadang-kadang terjadi gangguan saluran aaaaaaaaaaaaaaaaa                        pencernaan, seperti mual, muntah dan nyeri aaaaaaaaaaaaaaaaaa                    apigastrik, sakit kepala, demam, reaksi alergi pada aaaaaaaaaaaaaaaa                            kulit.
2.    Metformin® tablet
Nama sediaan              : Tablet
Nama paten                 : Eraphage®, Glucophage®, Glucotica®


Rumus struktur            :
            http://www.metformin.se/bilder/metformin-struktur.jpg
Indikasi                       : a. Pengobatan penderita diabetes yang baru      
                                          terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau tanpa
                  kelebihan berat badan dan bila diet tidak   
                  berhasil.
                                   b.  Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif terhadap terapi tunggal sulfonilurea baik primer maupun sekunder.
                                 c.  Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.
Produksi                     : Dexa medica
No. Reg                      : GKL 9805024917 A1
Kontra indikasi           : Penderita kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, aaaaaaaaaaaaaaaa  dehidrasi dan peminum alkohol, koma diabetik, iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiketoasidosis, infark miokardial, keadaan kronik iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiakut yang berhubungan dengan asidosis laktat iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii seperti syok, insufisiensi pulmonar, riwayat
                                 asidosis laktat.
Efek samping              : Efek samping bersifat reversibel pada saluran
cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, mual,
muntahaairasa logam pada mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenclamide/sulfonilurea
D.    Uraian Hewan Coba
1.      Klasifikasi Mus musculus
Kingdom         : Animalia
Phyllum           : Chordata
Subphyllum     : Vertebrata
Classis             : Mammalia
Ordo                : Rodentia
Familia            : Muridae
Genus              : Mus  
Spesies            : Mus musculus
2.      Data biologis
- Konsumsi pakan per hari
- Konsumsi air minum per hari
- Diet protein
- Ekskresi urine per hari
- lama hidup
- Bobot badan dewasa
-          Jantan
-          Betina
- Bobot lahir
- Dewasa kelamin (jantan = betina)
- Siklus estrus (menstruasi)
- Umur sapih
- Mulai makan pakan kering
- Rasio kawin
- Jumlah kromosom
- Suhu rektal
- Laju respirasi
- Denyut jantung
- Pengambilan darah maksimum
- Jumlah sel darah merah (Eritrosit)
- Kadar haemoglobin (Hb)
- Pack Cell Volume (PCV)
- Jumlah sel darah putih (Leukosit)
5 g (umur 8 minggu)
6,7 ml (umur 8 minggu)
20-25%
0,5-1 ml
1,5 tahun

25-40 g
20-40 g
1-1,5 g
28-49 hari
4-5 hari (poliestrus)
21 hari
10 hari
1 jantan – 3 betina
40
37,5oC
163 × /mn
310 – 840 × /mn
7,7 ml/kg
8,7 – 10,5 X 106 /μl
13,4 g/dl
44%
8,4 × 103 /μl



BAB III
METODE KERJA
A.    Alat  dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu batang pengaduk, gelas kimia, glukometer, sendok tanduk, spoit oral/kanula, dan timbangan analitik.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air suling, glibenclamide®, glukosa 50%, lauk, metformin®, Na-CMC 1%, nasi, roti, dan teh kotak.
B.     Cara Kerja
1.      Pembuatan Na-CMC 1%
a.       Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.      Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 g
c.       Dilarutkan Na-CMC dengan 100 ml air hangat sambil  diaduk hingga jernih dan homogen
2.      Pembuatan Glukosa 10%
a.       Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b.      Ditimbang glukosa sebanyak 50 g, kemudian dilarutkan dalam 100 ml air panas
c.       Diaduk hingga homogen
3.      Pembuatan Suspensi Glibenclamide®
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Ditimbang Glibenclamide®  sebanyak 0,08  g
c.       Dilarutkan dengan Na-CMC
d.      Dicukupkan volumenya hingga 100 ml
e.       Glibenclamide® siap digunakan
4.      Suspensi Metformin®
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Ditimbang Metformin®  sebanyak 0,2  g
c.       Dilarutkan dengan Na-CMC
d.      Dicukupkan volumenya hingga 100 ml
5.      Perlakuan pada Probandus
a.       Dipilih probandus
b.      Diukur kadar gula awal setelah puasa 12 jam dengan alat glukometer
c.       Diberikan nasi, lauk, roti dan the pada probandus
d.      Diukur kadar gula setelah 2 jam
e.       Dihitung % peningkatan kadar gula
6.    Perlakuan pada Mencit
a.       Disiapkan mencit
b.      Diukur kadar gula awal
c.       Diinduksikan 1 ml glukosa 50%
d.   Diukur kadar gula setelah 30 menit
e.    Diberikan Na-CMC, Glibenclamide®, dan Metformin® kepada masing- masing mencit secara per-oral
f.    Diukur kadar gula mencit setelah 1 jam
g.   Dihitung %penurunan kadar gula mencit
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.     Tabel Pengamatan
1.      Perlakuan pada Probandus
Probandus
Kadar Gula Darah
Sebelum
Sesudah
ST. Rahmah Akbar
42 mg/dL
94 mg/dL
Baso Arwan
68 mg/dL
105 mg/dL
Nikmawati
86 mg/ dL
100 mg/dL

2.      Perlakuan pada Hewan Coba
Obat yang Digunakan
Kadar Gula Darah
Sebelum
Sesudah
Na-CMC 1%
59 mg/dL
352 mg/dL
Glibenclamide®
25 mg/dL
192 mg/dL
Metformin®
44 mg/ dL
243 mg/dL
Glibenclamide® + Metformin®
75 mg/dL
Hipoglikemia














BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.  Tabel Pengamatan
       1. Probandus
No
Probandus
Ko
Ki
%T
Perlakuan
1
Abib
76
134
76,315%
Nasi + lauk
2
Aul
109
58
-46,788%
Roti + teh kotak

       2. Mencit
No
Perlakuan
Kn
Ko
Ki
KG
1
Glibenclamide®
223
238
-
-
2
Metformin®
100
116
-
-

B.     Perhitungan
1.      Glibenclamide®
Dosis Etiket                  =  5 mg = 0,05 g
Bobot rata-rata tablet    =  0,2372 g
DM = DE × Fk ×                   
      = 0,005 g × 0,0026 ×
                    = 0,00001 g
Berat yang ditimbang =  × bobot rata-rata tablet
                                    =  × 0,2372 g
                                    = 0,0004 g => Timbang 40 mg
2.      Metformin®
Dosis Etiket                  =  500 mg = 0,5 g
Bobot rata-rata tablet    =  0,5761 g
DM = DE × Fk ×                   
      = 0,5 g × 0,0026 ×
                    = 0,00195 g
Berat yang ditimbang =  × bobot rata-rata tablet
                                    =  × 0,5761 g
                                    = 0,002 g => Timbang 20 mg
C. Pembahasan
Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar gula darah pada probandus dan mencit dengan memakai alat glukometer yang merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kadar gula darah.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu batang pengaduk, gelas kimia, glukometer, sendok tanduk, spoit oral/kanula, dan timbangan analitik. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air suling, glibenclamide®, glukosa 50%, lauk, metformin®, Na-CMC 1%, nasi, roti, dan teh kotak.
Cara kerja pembuatan Na-CMC 1% yaitu pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu ditimbang Na-CMC sebanyak 1 g, kemudian dilarutkan Na-CMC dengan 100 ml air hangat sambil  diaduk hingga jernih dan homogen. Untuk pembuatan glukosa 10%, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ditimbang glukosa sebanyak 50 g, kemudian dilarutkan dalam 100 ml air panas, dan diaduk hingga homogen. Pembuatan suspensi glibenclamide® antara lain disiapkan alat dan bahan, ditimbang glibenclamide®  sebanyak 0,08  g dan dilarutkan dengan Na-CMC lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml. Pembuatan suspensi metformin® adalah disiapkan alat dan bahan, ditimbang Metformin®  sebanyak 0,2  g, dilarutkan dengan Na-CMC, dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml. Adapun cara kerja pada probandus, yaitu pertama-tama dipilih probandus, kemudian diukur kadar gula awal probandus setelah puasa 12 jam dengan alat glukometer, setelah itu diberikan nasi, lauk, roti, dan teh kotak pada probandus, kemudian diukur kadar gula probandus setelah 2 jam, setelah itu dihitung %peningkatan kadar gula. Cara kerja pada mencit, yaitu pertama-tama disiapkan mencit, kemudian diukur kadar gula awal, setelah itu diinduksikan 1 ml glukosa 50%, kemudian diukur kadar glukosa setelah 30 menit. Setelah itu, diberikan Na-CMC, Glibenclamide® dan Metformin® secara peroral, kemudian diukur kadar gula setelah 1 jam dan hitung %penurunan kadar  gula darah mencit. Adapun hasil yang diperoleh yaitu perlakuan pada probandus 1 (Muhammad Abdullabib Fadullah). Kadar gula darah pada saat puasa yaitu 76 dan kadar gula darah setelah makan nasi dan lauk yaitu 134 sehingga memberikan memberikan presentase kenaikan kadar gula darah sebesar 76,315%. Pada probandus 2 (Resky Aulia), kadar gula darah pada saat puasa yaitu 109 dan setelah minum teh kotak dan makan roti, yaitu 58 sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula darah.  Hasil yang didapatkan untuk mencit yang diberi Na-CMC 1%, kadar glukosanya meningkat signifikan, hal tersebut diakibatkan Na-CMC merupakan suatu persenyawaan selulosa dimana selulosa merupakan poliskarida yang sangat mudah diubah menjadi glukosa. Untuk mencit yang diberi glibenclamide®, setelah diberi obat kadar gulanya terus meningkat. Sesuai dengan literatur (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2012) obat glibenclamide® merupakan obat turunan sulfonilurea yang dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini termasuk obat anti-diabetika. Obat-obat golongan ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet. Mekanisme kerja glibenclamide yaitu merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel–sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca2+akan masuk sel-β merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah ekuivalen dengan peptida–C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Pada pemberian obat Metformin®, setelah diberi obat, kadar gulanya terus meningkat. Sesuai dengan literatur (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2012) obat metformin® merupakan obat turunan biguanida yang tidak dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini digolongkan sebagai obat antihipoglikemi. Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah dilanjutkan pada praktikum ini darah akan terus naik sampai glukosa yang diinduksi ketubuh mencit habis bereaksi dengan insulin baru kadar gula darah kembali pada kadar gula awal atau normal. Mekanisme kerja metformin® yaitu berdaya mengurangi resisten insulin, meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin.
Pada mencit yang diberikan obat kombinasi, ternyata terjadi hipoglikemia, hal tersebut dikarenakan terjadi dua reaksi penurunan glukosa darah, golongan sulfonilurea (glibenclamide) merangsang stimulasi sekresi insulin di sel beta pankreas dan golongan biguanid (metformin) menurunkan glukosa darah. Kombinasi obat ini secara terus-menerus menurunkan glukosa darah dengan dua jalan tersebut. Kombinasi kedua obat ini jika digunakan dalam jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan koma bahkan kematian.
Adapun kesalahan yang terjadi pada percobaan ini yaitu ketidaklengkapan data yang diperoleh disebabkan pada alat glukometer dan kurangnya strip yang digunakan pada saat praktikum.
Hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu mengetahui mekanisme kerja dan cara kerja obat-obat anti-diabetik oral sehingga dapat meminimalisir gejala yang muncul dengan pemberian obat yang tepat.



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan pada praktikum antidiabetes maka dapat disimpulkan bahwa obat yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II adalah anti-hiperglikemik oral seperti obat-obat golongan sulfonilurea dan biguanid.
B.     Saran
1.      Untuk Laboratorium
Diharapkan kelengkapan alat-alat dan bahannya saat praktikum.
      2.   Untuk asisten
Diharapkan bimbingannya selalu kakak untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi.




DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Ganiswarna, 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta: UI-Press.
Guyton AC, Hall EJ., 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Tjay, Tan Hoan., & Kirana Raharja. 2008. Obat-Obat Penting Edisi VI. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Malole, 1989. Penanganan Hewan Coba. Jakarta: Depkes RI.
Mansjoer, A., 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Mutschler, E,. 1991. Dinamika Obat Edisi III. Bandung: ITB.
Mycek, J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika
Sudoyo AW, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.



LAMPIRAN
Skema Kerja
A.  Perlakuan pada probandus
Probandus

Ukur kadar gula awal (Ko) setelah puasa 12 jam
dengan alat glukometer
 


                                         
                      Nasi + lauk                                         Roti + teh kotak
 




       Ukur kadar gula setelah 2 jam (Ki)
 



Hitung %peningkatan kadar gula darah (%KG)
B. Perlakuan pada mencit
    Mencit
 



    Ukur kadar gula awal (KN)
                                               

Diinduksikan 1 ml glukosa 50%
 



Diukur  kadar gula setelah 30 menit (Ko)
 






Na-CMC               Glibenclamide®          Metformin®
 



Ukur kadar gula setelah 1 jam (Ki)
 




Hitung %penurunan kadar gula (%KG)





















LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I
PERCOBAAN
DIABETES MELLITUS

uin-makassar.gif


OLEH :
KELOMPOK  :  II (DUA)
                                        GOLONGAN  :  FARMASI B2
       ASISTEN        HARDIYANTI SYARIF







PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA

2015

0 komentar:

Posting Komentar